Oleh Hotli Simanjuntak, The Jakarta Post, Headline, minggu, 18 november
2012
Diterjemahkan oleh Sri Rejeki
Tiga orang dibunuh dan Sembilan lainnya terluka ketika penyerangan terhadap
aliran sesat di Desa Jambo Dalam, daerah Peulimbang, kabupaten Bireun, Aceh
terjadi pada jumat malam.
Penyerangan ini ditujukan di rumah Tengku Aiyub Syakuban, 60 tahun, setelah
dia dituduh atas menyebarkan ajaran sesat.
Tiga korban diantaranya adalah Aiyub, Muntasir, 26 tahun, warga kampong
Puuk di Peulimbang dan Manyur, 35 tahun, warga desa Lancok Bungon, Peulimbang.
Keduanya dilaporkan dibakar hidup – hidup selama penyerangan.
Tiga jasad tersebut dikirim ke rumah sakit Dr. Fauziah di Bireun, sekitar
250 kilometer dari ibukota Aceh pada sabtu pagi.
Penyerangan disebabkan oleh kemarahan warga ketika mereka mengetahui bahwa
Aiyub, yang telah dilaporkan sebelumnya kepada pihak berwajib karena penyebaran
yang disebut dengan “ajaran sesat”, telah mencapai puncaknya.
Aiyub telah menandatangani sebuah persetujuan untuk menghentikan ajarannya,
tetapi kemudian dia mengingkari janjinya. Maka dari itu, penduduk setempat
memutuskan untuk menyerangnya dirumah, yang mana pada waktu gelap dengan
pemadaman listrik yang disengaja.
Massa menjadi marah dan memaksa masuk kedalam rumah, hanya untuk menghadapi
penyerangan yang tidak terduga didalam rumah. Kekerasan terjadi dan menyebabkan
Mansur meninggal yang merupakan salah satu massa.
“Karena serangan balasan dari pengikut Aiyub, massa menjadi sangat marah,
sehingga mereka beraksi membabi buta,” terang Humas kepolisian Aceh, Sr. Comr.
Gustav Leo pada sabtu pagi.
Mendengar bahwa salah satu warga terbunuh selama penyerangan, jumlah massa
yang lebih besar berkumpul dan kemudian mengadakan penyerangan lagi dengan
tujuan untuk membakar rumah.
Masyarakat aceh telah meminta pemerintah untuk melarang apa yang mereka
sebut dengan “ pergerakan sesat”, dan hukum memaksa mereka yang menggangu
pengajaran selain agama islam menjadi tersangka.
Penyebaran dari “pengajaran sesat” di aceh dikatakan telah menyebabkan
ketidaktenangan masyarakat dan korban adalah dari anak muda, terutama sekolah
menengah dan mahasiswa. Maka dari itu, masyarakat meminta pemerintah untuk
menerbitkan dekit penghapusan ketidak benaran dan kemusyrikan di aceh.
Komandan polisi Yuri Karsono mengatakan bahwa petugas kepolician masih
melakukan inversitasgi terhadap kasus tersebut.
Ratusan petugas kepolisian, didukung oleh TNI, telah dikerahkan ke lokasi
kejadian untuk menjegah serangan susulan.
“Situasi kemarin malam cukup mengkhawatirkan. Tidak ada petugas keamanan
yang dapat memasuki lokasi kejadian atau untuk mengevakuasi korban, sendiri
untuk meminta informasi. Sekarang, bagaimanapun juga, kondisi telah kembali ke
keadaan normal dan kita berharap tidak akan terjadi lagi kejadian serupa,”
tegas Yuri pada hari Sabtu seperti yang dikutip oleh kompas.com.
Penyerangan terjadi ketika masyarakat mencapai puncak toleransi mereka
terhadap pengajaran aliran sesat yang dilakukan Aiyub, yang mana mereka
mengklaim salah empat diantaranya adalah: dia menyebutkan bahwa Al Quran tidak
lengkang, mengadakan sembayang di tempat yang gelap, sholat jumat tidak
diwajibkan untuk laki – laki dan hubungan suami istri diluar ikatan perkawinan
diijinkan.
No comments:
Post a Comment