Wednesday, 18 December 2013

FGD Aspek Sosio Kultural dalam Arsitektur Keraton Yogyakarta



Information Resource Center pada hari Jum’at, 13 Desember tidak seperti biasanya yang dipenuhi dengan mahasiswa. Kali ini dipenuhi dengan bapak dan ibu paruh baya yang dengan focus terhadap materi yang sedang disajikan. Benar adanya karena tepat pada pukul 8.30 pagi acara Focus Group Discussion Aspek Sosio Kultural dalam Arsitektur Keraton Yogyakarta yang merupakan hasil hibah penelitian fundamental dari DIKTI DEPDIKNAS sedang disampaikan oleh Prof. Yulianto Sumalyo.
Lelaki paruh baya yang rambutnya sudah berubah warna ini terlihat serius menyampakaikan hasil penelitiannya di Jurusan Arsitektur Universitas Islam Indonesia yang ditemani oleh Revianto Budi Santosa, M.Arch. selaku moderator pada waktu itu sekaligus dosen sejarah di bidang arsitektur. FGD ini mendapat respon positif dari kalangan akademisi dan praktisi yang dibuktikan dengan banyaknya peserta yang mengikuti diskusi ini.
Foto 1. Prof Yulianto Sumalyo mempresentasikan hasil penelitiannya

Beliau, Prof. Yulianto Sumalyo, memulai acara FGD kali ini dengan mempresentasikan temuan temuan dari penelitian yang beliau lakukan. “Konsep manunggaling kawula gusti terungkap dalam tata ruang keraton secara fisik (tangible) antara lain dengan adanya tiga unsur secara konkrit dan simbol dengan menyatunya elemen – elemen keraton dalam bentuk segi tiga, yakni keraton (raja/sultan) – alun alun/pasar beringharjo (rakyat) – masjid agung (religi)”, terang Prof Yulianto Sumalyo dalam diskusinya di Jurusan Arsitektur Universitas Islam Indonesia.
Foto 2. Suasana Diskusi
Dari penelitian tersebut, Prof Yulianto Sumalyo menyimpulkan bahwa kedepannya diharapkan bahwa peninggalan – peninggalan sejarah (baik dalam bentuk nama atau bentuk benda) dilestarikan dan tidak diubah, nama – nama (sebelum jaman kolonial) yang sudah terlanjur diubah sebaiknya dikembalikan seperti asalnya, dan kasus taman sari yang bertujuan mulia justru menyesatkan dan memutus benang merah sejarah hubungan dengan masa lampau. 
Foto 3. Peserta FGD Sosio Kultural dalam Arsitektur Keraton Yogyakarta

No comments:

Post a Comment