Information
Resource Center pada hari Jum’at, 13 Desember tidak seperti biasanya yang
dipenuhi dengan mahasiswa. Kali ini dipenuhi dengan bapak dan ibu paruh baya
yang dengan focus terhadap materi yang sedang disajikan. Benar adanya karena
tepat pada pukul 8.30 pagi acara Focus Group Discussion Aspek Sosio Kultural
dalam Arsitektur Keraton Yogyakarta yang merupakan hasil hibah penelitian
fundamental dari DIKTI DEPDIKNAS sedang disampaikan oleh Prof. Yulianto
Sumalyo.
Lelaki paruh
baya yang rambutnya sudah berubah warna ini terlihat serius menyampakaikan
hasil penelitiannya di Jurusan Arsitektur Universitas Islam Indonesia yang
ditemani oleh Revianto Budi Santosa, M.Arch. selaku moderator pada waktu itu
sekaligus dosen sejarah di bidang arsitektur. FGD ini mendapat respon positif
dari kalangan akademisi dan praktisi yang dibuktikan dengan banyaknya peserta
yang mengikuti diskusi ini.
Foto 1. Prof Yulianto Sumalyo mempresentasikan hasil penelitiannya |
Beliau, Prof. Yulianto
Sumalyo, memulai acara FGD kali ini dengan mempresentasikan temuan temuan dari
penelitian yang beliau lakukan. “Konsep manunggaling kawula gusti terungkap
dalam tata ruang keraton secara fisik (tangible) antara lain dengan adanya tiga
unsur secara konkrit dan simbol dengan menyatunya elemen – elemen keraton dalam
bentuk segi tiga, yakni keraton (raja/sultan) – alun alun/pasar beringharjo (rakyat)
– masjid agung (religi)”, terang Prof Yulianto Sumalyo dalam diskusinya di
Jurusan Arsitektur Universitas Islam Indonesia.
Foto 2. Suasana Diskusi |
Dari penelitian tersebut, Prof
Yulianto Sumalyo menyimpulkan bahwa kedepannya diharapkan bahwa peninggalan –
peninggalan sejarah (baik dalam bentuk nama atau bentuk benda) dilestarikan dan
tidak diubah, nama – nama (sebelum jaman kolonial) yang sudah terlanjur diubah
sebaiknya dikembalikan seperti asalnya, dan kasus taman sari yang bertujuan
mulia justru menyesatkan dan memutus benang merah sejarah hubungan dengan masa
lampau.
Foto 3. Peserta FGD Sosio Kultural dalam Arsitektur Keraton Yogyakarta |
No comments:
Post a Comment